Monday, September 14, 2015

Sejarah Desa Pecung Kasugengan - Cirebon

     Menurut penuturan Sejarah Babad Tanah Cirebon, ketika Embah Kuwu Cerbon dan Syech Syarif Hidayatullah merencanakan ingin meng-Islamkan Raja Galuh, maka ditunjuklah Ratu Mas untuk mengajak Raja Galuh memeluk Agama Islam.

     Singkat cerita, berangkatlah Ratu Mas dengan beberapa prajurit ke Galuh, maka dengan penuh rasa hormat Ratu Mas mengajak Raja Galuh untuk memeluk Agama Islam, namun Raja Galuh marah. Bahkan memerintahkan prajuritnya untuk mengusirnya dari Istana Kerajaan Galuh, sehingga terjadilah perang tanding yang tidak seimbang, utusan dari Cerbon mengalami kekalahan, dan Ratu Mas dilempar hingga terjatuh dalam posisi terduduk atau deprok, maka sampai sekarang kampung dimana peristiwa itu terjadi disebut Kampung Depok atau dikenal dengan nama Depok. Sambil berjalan kearah utara, Ratu Mas berpikir bagaimana caranya dapat menundukkan Raja Galuh.

     Ketika Ratu Mas sedang beristirahat disuatu tempat (Karang Mas) tiba-tiba muncul di depannya seorang lelaki tua (Embah Kuwu Sangkan) dan beliau berkata, “ wis Cung, aja nglamun!” (sudah nak jangan melamun) “jika ingin mengalahkan Raja Galuh, maka rubahlah wujudmu menjadi seorang wanita cantik, karena Raja Galuh sangat senang kepada wanita cantik, kemudian rayulah dia dan jika dia lengah maka curilah kendaga berisi Jimat Patung Ular Emas sebagai jimat andalannya itu.” Nah di tempat itulah sekarang disebut Pecung, yaitu dari asal kata Kacung.
Kejadian tersebut tercatat dalam sejarah sekitar tahun 1528 M, ketika Raja Galuh kalah perang dan digabungkan ke Cirebon.

     Adapun orang pertama yang mengtahui peristiwa tersebut adalah Ki Wujud dan Nyi Mujud sebagai penduduk asli Kampung Pecung. Tahun demi tahun Kampung Pecung menjadi ramai didatangi orang – orang dari luar daerah Pecung, yang sengaja mencari nafkah dan becocok tanam karena tanahnya yang sangat subur maka munculah pemukiman baru. Para pendatang yang numpang hidup akhirnya betah/kerasan ditanah Pecung.

     Dari perkembangan tersebut nampaknya seperti gayung bersambung, karena memang di Kesultanan Cirebon juga sudah banyak pedagang asing seperti dari Cina, Belanda, Arab, India, sekitar wilayah Timur Tengah dan lain-lain yang menetap di Cirebon dan bercorak VOC sebagai penjajah mempengaruhi jalannya Pemerintahan Pribumi / Kesultanan terutama dalam hal pemungutan pajak hasil bumi.
Maka tercatat dalam tahun 1720 M, VOC menempatkan wakil penuh Pemerintahan Belanda dengan mengangkat seorang Residen Pertama di Cirebon. Kesatuan Pemerintahan Kesultanan Cirebon yang semuala Negara Kesultanan dipecah – pecah, ini jelas pengaruh penjajah Belanda dan taktik untuk mempermudah serta memperluas pemungutan Pajak Hasil Bumi pada rakyat, maka dibentuklah Pakuwon – Pakuwon yang dipimpin oleh seorang Lurah atau Kuwu.

      Alkisah di Padukuhan Pecung ditunjuk dan diangkatlah seorang yang dipercaya masyarakat yaitu : Ki Caluk, dan setelah beberapa tahun beliau memimpin Padukuhan Pecung maka beliau berangkat menunaikan Ibadah Haji, dan sepulangnya dari Ibadah Haji beliau diangkat menjadi seorang kuwu yang pertama di Desa Pecung, dengan panggilan Ki Kuwu Kaji (Haji).

       Lama beliau memerintah dan memimpin Desa Pecung hingga wafatnya sesudah itu beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 1798 M, terjadi pemekaran Desa, yaitu : Desa Pecung Kulon dan Desa Pecung Wetan Penujukkan tersebut sekaligus diadakan Pemilihan Kepala Desa/ Pemilihan Kuwu dengan cara atau sistem Wi-wian, dan yang jadi yaitu :
1. Buyu Sander, terpilih dan menjadi Kuwu di Desa Pecung Kulon ( Sekarang Desa Kasugengan Kidul )
2. Buyut Janggol, terpilih dan menjadi Kuwu di Desa Pecung Wetan ( Sekarang Desa Kasugengan Lor )

0 comments:

Post a Comment